Evaluasi Pendidikan di Indonesiam Perubahan Sistem
Evaluasi Pendidikan di Indonesia: Perubahan Sistem dan Dampaknya bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Sistem evaluasi pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan, khususnya dengan penghapusan Ujian Nasional (UN) dan penggantiannya dengan Asesmen Nasional (AN) serta Tes Kompetensi Akademik (TKA). Langkah ini bertujuan untuk menciptakan metode penilaian yang lebih adil dan dapat mengakomodasi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, atau yang sering disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Namun, perubahan ini menimbulkan pertanyaan: Apakah Tes Kompetensi Akademik lebih inklusif daripada UN? Dan bagaimana dampaknya terhadap ABK? Artikel ini akan membahas perbandingan kedua sistem, tantangan yang ada, serta peluang untuk meningkatkan evaluasi pendidikan yang lebih adil bagi ABK.
Dari Ujian Nasional ke Tes Kompetensi Akademik: Mengapa Perubahan Diperlukan?
Kritisnya Sistem Ujian Nasional
Ujian Nasional (UN) telah menjadi standar evaluasi utama di Indonesia selama bertahun-tahun. Meskipun memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan siswa secara seragam, UN banyak dikritik karena sistem standarnya yang terlalu kaku, kurang memperhatikan perbedaan kondisi siswa, serta memberikan tekanan psikologis yang tinggi, terutama bagi ABK.
UN menggunakan format soal yang seragam, yang umumnya berbentuk pilihan ganda. Hal ini menyulitkan siswa dengan kebutuhan khusus yang mungkin memiliki cara belajar atau kebutuhan yang berbeda dari mayoritas siswa. Ditambah lagi, tekanan yang besar untuk lulus membuat banyak siswa merasa tertekan, terutama bagi mereka yang memerlukan pendekatan atau dukungan lebih dalam mengerjakan ujian.
Upaya Perubahan: Menggantikan UN dengan Asesmen Nasional dan Tes Kompetensi Akademik
Melihat kritik-kritik tersebut, pemerintah Indonesia mengambil langkah besar dengan menghapuskan UN pada tahun 2020. Sebagai pengganti, diperkenalkanlah Asesmen Nasional (AN) yang lebih fokus pada pengukuran sistem pendidikan secara keseluruhan, bukan hanya pencapaian individu. Kemudian, ada pula Tes Kompetensi Akademik (TKA), yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kemampuan dan potensi siswa.
Tes Kompetensi Akademik: Solusi atau Tantangan Baru?
Tes Kompetensi Akademik yang Lebih Fleksibel
Tes Kompetensi Akademik dirancang untuk memberikan evaluasi yang lebih komprehensif terhadap keterampilan akademik siswa. Dibandingkan dengan UN, TKA memberikan penilaian yang lebih berbasis pada kompetensi, yang dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing siswa, termasuk ABK. Penilaian ini diharapkan dapat lebih adil dan memberikan ruang bagi siswa untuk menunjukkan kemampuannya tanpa terbebani oleh standar yang tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Namun, meskipun TKA lebih inklusif, tantangan tetap ada, terutama dalam hal implementasi yang lebih mendalam dan kesiapannya dalam mengakomodasi beragam kebutuhan siswa, termasuk ABK. Ini memerlukan pendekatan yang lebih individual dan sistem dukungan yang lebih kuat.
Tantangan dalam Implementasi Sistem Baru untuk ABK
Aksesibilitas dan Kesiapan Guru
Meskipun peralihan ke sistem baru memberikan peluang bagi ABK, tantangan besar masih terletak pada kesiapan sistem pendidikan dan sumber daya manusia. Banyak sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil, yang belum siap untuk mengimplementasikan sistem penilaian yang inklusif secara optimal. Aksesibilitas terhadap materi pembelajaran yang sesuai untuk ABK, serta pelatihan yang cukup untuk para guru dalam menghadapi keberagaman siswa, menjadi masalah yang perlu segera diatasi.
Peran Teknologi dalam Mendukung ABK
Salah satu cara untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan memanfaatkan teknologi. Dengan penggunaan teknologi, materi pembelajaran dan tes bisa lebih disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Misalnya, aplikasi atau perangkat pembelajaran yang memberikan berbagai format soal (audio, visual, atau interaktif) dapat membantu ABK untuk mengakses materi dengan cara yang lebih sesuai dengan cara belajar mereka.
Peluang untuk Meningkatkan Evaluasi Pendidikan bagi ABK
Penyesuaian dan Pendekatan Personal
Peluang besar dalam sistem evaluasi yang baru ini adalah fleksibilitas yang lebih besar untuk menyesuaikan penilaian dengan kebutuhan individual siswa. Dengan adanya penilaian berbasis kompetensi dan asesmen yang lebih holistik, siswa dengan kebutuhan khusus dapat lebih mudah menunjukkan kemampuan mereka. Di sisi lain, keberhasilan sistem ini sangat bergantung pada seberapa baik sistem pendidikan Indonesia dapat mengimplementasikan perubahan ini dengan benar dan menyeluruh.
Kolaborasi Antara Pemerintah dan Sekolah
Untuk menjamin keberhasilan implementasi sistem evaluasi baru yang lebih inklusif, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan keluarga sangat penting. Pemerintah perlu memberikan pelatihan yang lebih baik kepada guru mengenai cara menangani ABK dan memastikan adanya dukungan yang cukup di setiap sekolah.
Sistem evaluasi pendidikan Indonesia memang sedang menuju ke arah yang lebih inklusif dengan dihapuskannya UN dan diperkenalkannya Asesmen Nasional serta Tes Kompetensi Akademik. Meski demikian, tantangan dalam pelaksanaannya masih besar, terutama bagi ABK. Dengan adanya kebijakan yang lebih fleksibel dan penyesuaian dalam sistem pendidikan, diharapkan pendidikan di Indonesia akan lebih adil dan merata bagi semua siswa.
Link sumber artikel : un vs tes kompetensi akademik anak yang lebih adil untuk-abk
sumber link asli :
https://www.kompasiana.com/nuningsapta1219/67c81420c925c432945732e2/un-vs-tes-kompetensi-akademik-ana-yang-lebih-adil-untuk-abk
Komentar
Posting Komentar